Banner BAPETEN
Simposium dan Workshop Perkembangan Terbaru Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang Kedokteran Nuklir serta Aplikasinya untuk Manajemen Pasien di Bandung
Kembali 17 September 2018 | Berita BAPETEN
WhatsApp-Image-2018-09-17-at-08.18.25-300x225.jpeg

Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI) dan Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Biologi Indonesia (PKBNI) serta Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menggelar kegiatan 22th Annual Scientific Meeting (ASM) ISNM-ISNMB-BATAN in conjunction with International Symposium of Nuclear Science Application for Human Health (ISNSAHH) yang berlangsung di Bandung pada Jumat hingga Minggu (14-16/09) bertempat di Crowne Plaza Hotel.

Tema kegiatan tahun ini adalah Recent Update in Nuclear Medicine: Science, Technology, and Its Application  for Patient Management. Kegiatan ini merupakan gabungan antara kegiatan pertemuan ilmiah tahunan para ahli kedokteran nuklir dengan kegiatan simposium tentang aplikasi sains nuklir untuk kesehatan manusia. Para peserta kegiatan ini terdiri atas dokter spesialis kedokteran nuklir, dokter spesialis lain yang terkait pemanfaatan kedokteran nuklir (dokter spesialis penyakit dalam, kardiologi, onkologi, endokrinologi), radiofarmasis, radiografer, perawat kedokteran nuklir, fisikawan medis, teknisi radiasi dan juga para peneliti, ahli biologi nuklir, kimia nuklir, proteksi radiasi serta profesi-profesi lain yang berhubungan dengan pemanfaatan sains dan teknologi nuklir di bidang kesehatan.

Pada kegiatan ini diharapkan para peserta simposium dan workshop mengetahui perkembangan terbaru sains dan teknologi nuklir di bidang kedokteran nuklir serta aplikasinya untuk manajemen pasien. Selama kegiatan ini diharapkan terjadi diseminasi dan transfer ilmu atau informasi antara klinisi (yang berhubungan dengan pasien) dengan non-klinisi (radiofarmasis, peneliti, fisikawan medis) atau sebaliknya sehingga manajemen pasien di kedokteran nuklir mengikuti perkembangan keilmuan. Selain itu kegiatan ini diharapkan sebagai awal memperluas dan mempererat kemitraan antara semua stakeholder terkait kedokteran nuklir sehingga pelayanan kedokteran nuklir di Indonesia menjadi lebih maju dan berkembang.

Kedokteran nuklir sendiri adalah salah satu cabang spesialisasi kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka hasil disintegrasi inti atom yang dimanfaatkan untuk keperluan diagnosis dan terapi berbagai penyakit. Kedokteran nuklir berbeda dari radiologi dan radioterapi, karena metode diagnosis kedokteran nuklir menggunakan sumber radiasi terbuka, dimana radiofarmaka diberikan kepada pasien (lewat oral, injeksi maupun jalur lain), untuk kemudian ditangkap citranya dengan kamera gamma. Sementara untuk terapi, kedokteran nuklir menggunakan prinsip radiasi interna. Yang terbaru, pendekatan teranostik, adalah gabungan antara diagnostik dan terapi sekaligus; yang dapat dicapai dengan pemakaian targeted radiopharmaceuticals (radiofarmasetik bertarget).

imgkontenIndonesia sesungguhnya merupakan salah satu pionir kedokteran nuklir di Asia Tenggara. Akan tetapi, perkembangannya sangat lambat, karena keterbatasan jumlah ahli kedokteran nuklir. Saat ini tercatat baru ada 41 orang dokter spesialis kedokteran nuklir di Tanah Air. Selain keterbatasan SDM, keterbatasan fasilitas kedokteran nuklir di rumah sakit-rumah sakit pendidikan juga masih menjadi tantangan. PKNI, PKBNI dan BATAN bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk Badan Pengawas Teknologi Nuklir (BAPETEN) terus menerus melakukan sosialisasi terkait dengan pemanfaatan tenaga dan teknologi nuklir ke masyarakat, salah satunya dengan menyelenggarakan pertemuan ilmiah tahunan, yang terbuka untuk umum.

Dengan keberlimpahan akses informasi saat ini, tanpa counter yang baik, masyarakat mudah sekali mendapatkan informasi yang kurang tepat mengenai nuklir, bahkan menyesatkan. Kata-kata “kedokteran nuklir” juga masih terdengar asing di telinga awam, bahkan bagi para dokter-dokter baru, karena materi tentang kedokteran nuklir memang tidak banyak disinggung di fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia (keterbatasan jumlah pendidik yang ahli kedokteran nuklir). Padahal, boleh dikata, kedokteran nuklir ini adalah ilmu “masa depan” yang harus dikuasai.

Di dunia kedokteran telah terjadi pergeseran sudut pandang pengobatan, dari sekedar evidence-based medicine ke personalized medicine. Personalized medicine (targeted therapy) sangat membutuhkan pencitraan molekuler, dimana kedokteran nuklir memegang peranan penting. Terlebih lagi, perkembangan terbaru memungkinkan penyatuan proses diagnosis dan terapi (disebut teranostik), dimana pada kedokteran tradisional, umumnya terpisah waktu yang cukup lama. Saat ini, hanya kedokteran nuklir-lah yang berpotensi melakukan pendekatan ini. Dengan tersedianya radionuklida logam Lutetium-177 (salah satu contohnya), agen-agen pengkelat yang baru, dan farmaka pembawa yang sesuai, era personalized medicine sudah masuk bersama-sama. Negara tetangga Australia telah menerapkan betul-betul potensi teranostik Lutetium-177 ini untuk penanganan kanker prostat. Yang membanggakan, BATAN sebetulnya telah mampu memproduksi Lutetium-177 ini. Pemanfaatan klinisnya-lah yang diharapkan dapat tercapai dalam waktu dekat.

Dari sisi nuklir kardiologi (kedokteran nuklir yang terkait dengan pemeriksaan jantung), kedokteran nuklir juga telah lama membuktikan pentingnya penilaian molekuler kondisi dan fungsi otot jantung secara fisiologis —yang informasinya tidak bisa didapatkan dari citra anatomi semata—; dalam manajemen kasus-kasus kardiovaskuler. Dengan beban epidemi penyakit kardiovaskuler yang semakin meningkat, peran nuklir kardiologi diperkirakan akan semakin vital untuk mencegah kejadian kardiovaskuler (serangan jantung, stroke, dan lain-lain).

Selama ini, pusat-pusat kedokteran nuklir di Indonesia menitikberatkan pada diagnosis dan terapi kelainan kelenjar gondok (tiroid), termasuk didalamnya kanker tiroid. Pengobatan definitif menggunakan Yodium-131 telah puluhan tahun digunakan, namun masyarakat Indonesia belum dapat menikmati secara maksimal karena keterbatasan jumlah dan penyebaran pusat-pusat kedokteran nuklir. Pertemuan ilmiah tahunan kali ini diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat, mempererat jaringan kerjasama antar instalasi kedokteran nuklir di Indonesia, dengan badan pemerintah yang menyokongnya, terutama BATAN dan BAPETEN. Tidak hanya itu, kerjasama luar negeri yang dijalin juga diharapkan dapat membawa angin segar bagi perkembangan kedokteran nuklir di Indonesia.

Para pembicara ahli dari luar dan dalam negeri dijadwalkan menyampaikan kuliah dan hands-on workshop pada kegiatan ini yang terbagi dalam dan enam workshop dan sebelas simposium.

Pada hari pertama, kegiatan workshop diisi antara lain oleh: Dr. Marcel Stokkel, dari The Netherlands Cancer Institute, akan berbagi ilmu tentang terapi penyakit tiroid non-kanker dengan radioisotop Yodium-131 dan pendekatan teranostik penyakit neuroblastoma di dua simposium terpisah. Sementara, Prof. Nat Lenzo dari Royal Perth Hospital/The University of Western Australia akan menyampaikan perkembangan terbaru pendekatan teranostik pada kanker prostat dan penanganan penyebaran kanker (metastasis) ke tulang. Juga dari Australia, Prof. Vijay Kumar, akan membagikan keahliannya meracik radiofarmaka berlabel Gallium-68, salah satu radioisotop diagnostik “andalan” di masa depan. Prof. Qaisar Hussein (Kuwait) dan Dr. Bharadwaj Pushan (Singapura) akan menyampaikan perkembangan terbaru di bidang nuklir kardiologi.

imgkontenPada hari kedua, kegiatan simposium dimulai diawali dengan plenary lecture dari guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Prof. DR. Dr. Achmad Hussein S. Kartamihardja, Sp.KN(K), MHKes, FANMB yang akan menjelaskan tentang Current Status of Nuclear Medicine in Indonesia yang dilanjutkan dengan presentasi dari expert IAEA Dr. Thomas J. Pascual  tentang “The Role of IAEA In Promoting Nuclear Medicine in Developing Countries”. Dilanjutkan dengan presentasi ke-3 dari Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, MSc tentang “Establishment of Nuclear Medicine Services In Indonesia”, dilanjutkan oleh Direktur Jendral YanKes Kemenkes Dr. Bambang Wibowo, SpOG(K), MARS yang akan memberikan presentasi tentang “The Role of Ministry of Health In Promoting Nuclear Medicine Services and Health Status in Indonesia”  dan ditutup oleh presentasi Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Prof. Dr. Djarot Sulistio Wisnubroto yang berjudul “The Role of BATAN in Promoting Nuclear Medicine Development in Indonesia”. Setelah plenary lecture, akan diadakan penandatanganan MoU antara Ketua PKNI-PKBNI dan Kepala BATAN tentang penelitian, dan pengembangan teknologi nuklir untuk mendukung kesejahteraaan masyarakat sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. Selain itu diselenggarakan pula kegiatan Forum Group Discussion tentang “A brighter future of Indonesian Health Care by Nuclear Medicine”  yang akan dihadiri oleh para stakeholder  di bidang kedokteran nuklir seperti KEMENKES, BAPETEN, BATAN, BPOM, IAEA dan lain-lain.

Selain kegiatan dan pembicara-pembicara tersebut, pada hari kedua dan ketiga kegiatan terjadwal pula menyampaikan materi antara lain Prof. Henry Bom (Korea, kanker tiroid) dan Dr. Thomas J. Pascual (IAEA, standar audit layanan kedokteran nuklir). Sementara itu, Prof. DR. Aang Hanafiah Wangsaatmaja MSc Apt, Dr.Jupiter Sitorus Pane, Prof. Daryono Hadi Tjahjono, MSc Apt, dan Prof. Muchtaridi MSi Apt PhD, dan para ahli lainnya yang akan membagikan keilmuan nuklir dari sudut pandang pengembangan radiofarmaka, riset pre-klinik maupun hal-hal lain terkait pemanfaatan sains dan teknologi nuklir di bidang kesehatan. Tak ketinggalan, dari sisi ‘manajerial’ radiofarmaka, pembicara dari Badan POM dan BAPETEN juga akan menyampaikan standar tata laksana yang terbaru. Seperti halnya simposium lainnya pada kesempatan ini terdapat total 45 sesi presentasi poster dan presentasi oral dari peserta dari 6 negara yang akan mempresentasikan hasil kegiatan atau penelitian mereka terkait kedokteran nuklir dan aplikasi sains dan teknologi nuklir dibidang kesehatan lainnya.

Informasi lebih lanjut mengenai pertemuan ilmiah tahunan nuklir 2018 bisa didapatkan di website www.kedokterannuklir.or.id atau di laman @PITNuklir (Facebook) dan @pit_nuklir (Instagram).

BAPETEN Link

mkananmenu_2024-02-26-145126.png
mkananmenu_2021-04-19-125003.png
mkananmenu_2021-04-19-125235.png
mkananmenu_2021-08-25-114254.png
mkananmenu_2024-03-25-135103.png
mkananmenu_2024-05-15-171035.jpeg

Feedback

GPR Kominfo

Video

International Links