(Vienna, Austria,BAPETEN)
Sidang Umum Badan Tenaga Atom Internasional ke-57 telah diselenggarakan di Wina, Austria pada tanggal 16-20 September 2013, dihadiri oleh delegasi dari 135 negara anggota.
Delegasi Indonesia terdiri dari unsur BAPETEN, BATAN dan KBRI/PTRI Wina. Duta Besar/Perwakilan Tetap RI Wina Rachmat Budiman bertindak sebagai Ketua Delegasi. Dalam pertemuan BAPETEN diwakili oleh Ka. BAPETEN, Deputi Bidang Perijinan dan Inspeksi, Deputi Bidang Pengkajian Keselamatan Nuklir, Ka. Biro Perencanaan dan Plt. Kabag. Kerjasama. Dalam Sidang Umum IAEA tahun ini, negara-negara anggota IAEA secara aklamasi menerima permohonan Brunei Darussalam dan Persemakmuran Bahama untuk menjadi anggota IAEA. Dalam sidang umum ini juga memilih 11 negara baru sebagai anggota dewan gubernur IAEA. Mr Amano sebagai Dirjen IAEA untuk masa jabatan 2013-2017 dalam sambutannya menyampaikan bahwa pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai merupakan hak setiap negara.
Delegasi Indonesia menyampaikan bahwa Indonesia melihat keamanan nuklir sebagai isu penting dan terus melakukan upaya penguatan legislasi nasional yang mengatur aspek keamanan nuklir, kerja sama IAEA dalam memonitor pegerakan bahan radioaktif, simulasi untuk potensi serangan terhadap fasilitas nuklir, terus mengembangkan budaya keamanan nuklir sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya peningkatan keamanan nuklir. Delegasi Indonesia memandang bahwa pengembangan teknologi nuklir untuk maksud damai memiliki peran penting dalam mendukung peningkatan kesejahteraan dengan pertimbangan utama pada aspek keselamatan yang terintegrasi. Indonesia mendukung pembentukan jejaring badan pengawas di kawasan ASEAN yang kemudian disebut ASEANTOM. Selain menghadiri sesi pleno Sidang Umum IAEA tersebut, delegasi Indonesia juga menghadiri 21 pertemuan bilateral dan kegiatan tambahan (side event).
Delegasi Indonesia menyampaikan bahwa Indonesia melihat keamanan nuklir sebagai isu penting dan terus melakukan upaya penguatan legislasi nasional yang mengatur aspek keamanan nuklir, kerja sama IAEA dalam memonitor pegerakan bahan radioaktif, simulasi untuk potensi serangan terhadap fasilitas nuklir, terus mengembangkan budaya keamanan nuklir sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya peningkatan keamanan nuklir. Delegasi Indonesia memandang bahwa pengembangan teknologi nuklir untuk maksud damai memiliki peran penting dalam mendukung peningkatan kesejahteraan dengan pertimbangan utama pada aspek keselamatan yang terintegrasi. Indonesia mendukung pembentukan jejaring badan pengawas di kawasan ASEAN yang kemudian disebut ASEANTOM. Selain menghadiri sesi pleno Sidang Umum IAEA tersebut, delegasi Indonesia juga menghadiri 21 pertemuan bilateral dan kegiatan tambahan (side event).
Sumber : Biro Perencanaan