Prospek PLTN dalam Memenuhi Kebutuhan Listrik yang Terjangkau
Kembali 03 Agustus 2010 | Berita BAPETEN(Jakarta,BAPETEN)
Meskipun energi nuklir sudah menjadi keniscayaan dunia sebagai energi alternatif, tetapi masalah yang tersisa masih menumpuk. Dinamika perkembangannya, sudah dinikmati oleh sebagian besar Negara-negara maju terutama di bidang penyediaan energi pembangkit listrik sebagai sarana pendukung industri dan kesejahteraan kehidupan masyarakat.
Menurut catatan,
jumlah reaktor nuklir di dunia sudah hampir mencapai 400-an. Semua digunakan
untuk kepentingan damai sebagai pasokan energi listrik untuk industri. Tetapi
yang cukup mengherankan, masih ada negara-negara yang terkendala haknya untuk
membangun instalasi nuklir di negerinya, meskipun mereka meniatkannya untuk
kepentingan damai. Contohnya Iran. Di negara kita yang menjadi
hambatan adalah rasa takut yang berlebihan (nuclearophobia}. Masyarakat
antinuklir kurang memahami perkembangan energi dunia dengan digunakannya banyak
reaktor nukilr yang selama ini aman-aman saja karena sudah berhasil
“dijinakkanâ€. Kita lupa kenukliran telah memasuki generasi ke-4 dengan penyempurnaan
keamanan semaksinal mungkin. Rasanya sebelum membangun nuklir kita harus lebih
dulu membangun rasa percaya diri. Dan membuang rasa takut yang lebay. Jika di Asia Tenggara
Negara-negara lain membangun PLTN kita akan menjadi Negara yang paling tertinggal
industrinya di kawsan Asean.
Forum Group
Discussion tentang “Prospek PLTN dalam Memenuhi Kebutuhan Listrik yang
Terjangkauâ€, yang diadakan oleh Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Mapiptek) bekerjasama dengan PT. PLN dan Badan Tenaga Nuklir
Nasional (Batan) mengadakan Diskusi Panel tentang Prospek PLTN untuk memenuhi kebutuhanListrik
yang terjangkau.
Acara diadakan Senin,
2 Agustus 2010 ini di gedung I BPPT, Jl. M.H. Thamrin Jakarta. Dihadiri Kepala
Batan diwakili Dr. Adi Wardoyo mengawali acara dengan presentai tentang
“Teknologi PLTN Terkini†Kalau PLTN berdiri karena ini sudah komersil sifatnya,
tidak mungkin dipegang oleh Batan. Siapa yang akan menjadi pengelola sedang kita tunggu, Saat ini teknologi PLTN
sudah masuk generasi ke IV, Jadi secara teknologis dan pengamanan sudah teruji.
Kepala Bapeten Dr. As
Natio Lasman tentang “Peranan Bapeten dalam Memper-siapkan
Pengawasan Pembangunan PLTN di Indonesia†dalam presentasinya menyampaikan
bahwa banyak peraturan yang telah dibuat dalam rangka memenuhi unsur Safety, Security dan Safeguard di antaranya mulai dari evaluasi tapak reaktor daya
untuk aspek kegempaan sampai sistem manajemen fasilitas dan kegiatan
ketenaganukliran, Berbasis pengalaman mengelola reaktor riset, di mana reaksi fisi
yang terjadi sama dengan yang terjadi pada PLTN, diyakini bahwa SDM Indonesia mampu
mengelola PLTN dengan baik.
Namun demikian, Dewan
Energi Nasional Dr. Rinaldy Dalimy menyatakan Indonesia tidak perlu
membangun PLTN. "Toh kita bisa tanpa PLTN, Indonesia punya sumber-daya
energi terbarukan yang dapat menggantikan nuklir seperti biofuel, tenaga air,
dan panas bumi," katanya dalam diskusi tersebut. Dr. Murtaqi Syamsuddin dari
PLN dalam “Pertumbuhan Listrik Nasional dan Pandangan Penggunaan PLTN†menyampaikan
bahwa PLN sebagai Off taker atas
energi listrik yang akan dihasilkan oleh PLTN dan PLN lebih bersifat ‘wait and see’, namun terus berupaya
mengikuti kegiatan nasional / pemerintah menyangkut persiapan pengembangan
tenaga nuklir.
Acara dihadiri oleh 30
orang peserta dari instansi pemerintah, akademisi dan wartawan serta dari
berbagai media.
Sumber : Humas