(Cisarua,BAPETEN)
Pendidikan dan Pelatihan Basic Professional Training Course (BPTC) di Bidang Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (FRZR) yang diselenggarakan Balai Diklat BAPETEN, dibuka secara resmi oleh Kepala BAPETEN As Natio Lasman, didampingi Kepala Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif Yus Rusdian Akhmad, serta Kepala Seksi
Program dan Evaluasi Balai Diklat BAPETEN Ahmad Ciptadi Syuryavin, Senin (09/04/12) pagi.
Dalam arahannya Kepala BAPETEN mengatakan, bagi siapapun yang mempunyai pendidikan yang lebih dan masih terkait dengan masalah kenukliran, hendaknya dapat menggunakan kesempatan untuk berbagi ilmu kepada yang lain. Karena apabila ilmu tersebut dibagikan kepada yang lain, maka akan semakin menghayati. â€Jangan enggan untuk saling berbagi ilmu kepada yang lain. Dengan demikian hasil dari pelatihan BPTC dapat semakin baik lagi,†ujarnya.
Kepala BAPETEN menambahkan, sebagai badan pengawas, untuk mempertinggi kualitas dari pengawasan harus terus kita upayakan agar dapat lebih baik lagi, karena bagaimanapun kita tidak boleh ketinggalan. Terkait dengan aspek pengawasan, tidak terlepas dari tiga hal yaitu, safety, security, dan safeguards.
Kepala BAPETEN menambahkan, sebagai badan pengawas, untuk mempertinggi kualitas dari pengawasan harus terus kita upayakan agar dapat lebih baik lagi, karena bagaimanapun kita tidak boleh ketinggalan. Terkait dengan aspek pengawasan, tidak terlepas dari tiga hal yaitu, safety, security, dan safeguards.
Faktor safety menekankan tentang bagaimana mengeksploitasi teknologi sebesar-besarnya dan meminimalisir risikonya. “Kita memastikan apakah safety-nya suatu teknologi nuklir itu sudah dilakukan dengan benar dan sesuai prosedur yang ada,†kata Kepala BAPETEN.
Kemudian faktor security yang menekankan agar bagaimana suatu sumber radioaktif atau bahan nuklir tersebut jangan sampai hilang. Lalu faktor safeguards yang menekankan pada bagaimana bahan nuklir tersebut jangan sampai dikonversi kepada tujuan non damai.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang terus meningkat, untuk mengantisipasi kemungkinan pemanfaatan yang menyimpang dari semestinya, menjadikan BAPETEN harus bekerja lebih keras lagi selaku garda terdepan dalam pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di tanah air.
Kemudian faktor security yang menekankan agar bagaimana suatu sumber radioaktif atau bahan nuklir tersebut jangan sampai hilang. Lalu faktor safeguards yang menekankan pada bagaimana bahan nuklir tersebut jangan sampai dikonversi kepada tujuan non damai.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang terus meningkat, untuk mengantisipasi kemungkinan pemanfaatan yang menyimpang dari semestinya, menjadikan BAPETEN harus bekerja lebih keras lagi selaku garda terdepan dalam pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di tanah air.
Maka dari itu, tiga aspek yang meliputi safety, security, safeguards sangat memegang peran penting dalam segala bentuk pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia. “Tiga aspek tersebut merupakan pengawasan kita, dan tidak bisa ditawar lagi,†tegas Kepala BAPETEN.
Sebagaimana diketahui bersama, Indonesia selalu aktif dalam usaha menciptakan perdamaian dunia, tidak terkecuali tentang masalah nuklir. Perkembangan semacam ini tentunya tidak dapat kita abaikan begitu saja. Terlebih setelah adanya komunike bersama tentang kesepakatan dalam membangun keamanan nuklir dunia pada Nuclear Security Summit Ke-2 yang digelar di Seoul, Korea Selatan, beberapa waktu lalu.
Salah satu bunyi dari komunike tersebut menyebutkan akan pentingnya faktor keamanan dalam mencegah material nuklir jatuh ke tangan yang salah, agar kemudian tidak muncul nuklir terorisme. Dengan demikian masalah keamanan nuklir saat ini, telah menjadi perhatian dunia internasional. Seusai memberikan arahannya, Kepala BAPETEN secara simbolis mengalungkan bukti tanda peserta diklat yang kemudian diikuti oleh seluruh peserta lainnya.
Sebagaimana diketahui bersama, Indonesia selalu aktif dalam usaha menciptakan perdamaian dunia, tidak terkecuali tentang masalah nuklir. Perkembangan semacam ini tentunya tidak dapat kita abaikan begitu saja. Terlebih setelah adanya komunike bersama tentang kesepakatan dalam membangun keamanan nuklir dunia pada Nuclear Security Summit Ke-2 yang digelar di Seoul, Korea Selatan, beberapa waktu lalu.
Salah satu bunyi dari komunike tersebut menyebutkan akan pentingnya faktor keamanan dalam mencegah material nuklir jatuh ke tangan yang salah, agar kemudian tidak muncul nuklir terorisme. Dengan demikian masalah keamanan nuklir saat ini, telah menjadi perhatian dunia internasional. Seusai memberikan arahannya, Kepala BAPETEN secara simbolis mengalungkan bukti tanda peserta diklat yang kemudian diikuti oleh seluruh peserta lainnya.
Sumber : Humas