(Jakarta,BAPETEN)
Mitos masih hidup di kalangan masyarakat kita. Ia tak dapat diklarifikasi. Teknologi sebagai ciri modernisasi hendak mematahkannya. Seberapa mampu? Karena mitos sebagai bagian dari kebudayaan dimana lebih awet mendekam pada benak masyarakat. Kecelakaan PLTN Fukushima semoga tidak menambah berkembangnya mitos akibat keterbatasan cara berpikir.
Peristiwa
gempa dan tsunami yang menghantam Jepang, tidak hanya meninggalkan
kerusakan infrastruktur tetapi juga mengakibatkan banyaknya korban
jiwa. Belum lagi kecelakaan PLTN Fukushima Dai’ichi yang kini
tengah diperbincangkan banyak pihak.
Namun, pemerintah Jepang langsung mengambil tindakan guna mengatasi kecelakaan PLTN dengan beragam upaya untuk meminimalisir bahaya radiasi. Tindakan yang dilakukan pemerintah Jepang, ternyata membuahkan hasil, terbukti dengan kondisi reaktor yang mulai berangsur stabil waktu demi waktu. Kondisi ini senantiasa dipantau tidak hanya oleh pemerintah Jepang, tetapi juga IAEA.
Namun, pemerintah Jepang langsung mengambil tindakan guna mengatasi kecelakaan PLTN dengan beragam upaya untuk meminimalisir bahaya radiasi. Tindakan yang dilakukan pemerintah Jepang, ternyata membuahkan hasil, terbukti dengan kondisi reaktor yang mulai berangsur stabil waktu demi waktu. Kondisi ini senantiasa dipantau tidak hanya oleh pemerintah Jepang, tetapi juga IAEA.
Untuk
memberikan penjelasan tentang kecelakaan
PLTN Fukushima Dai’ichi tersebut, maka delegasi dari JAIF
International Cooperation Center Dr. Takehiko Mukaiyama, memberikan
ceramah umumnya dihadapan sejumlah karyawan BAPETEN, sebagai
garda depan pengawasan pemanfaatan tenaga
nuklir di Indonesia, Selasa
(12/03/11) pagi, di Auditorium BAPETEN. Acara ini turut dihadiri
Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir (PKN) Khoirul Huda dan sejumlah
Pejabat Eselon II lainnya.
Pada saat yang bersamaan, Deputi PKN memberikan keterangan persnya kepada MetroTV terkait perkembangan terakhir yang tengah terjadi pada PLTN Fukushima. Menurut Deputi PKN, ledakan yang terjadi bukan pada reaktor, melainkan di gedungnya saja. Ledakan tersebut juga bukan ledakan nuklir tetapi ledakan hidrogen.
Dari kejadan tersebut, pemerintah Jepang telah melakukan pengukuran di berbagai tempat dan hasilnya tidak terlalu menghawatirkan. Menjawab apakah efeknya akan berdampak ke negara lain, Deputi PKN mengatakan, mungkin saja ke negara yang dekat dengan Jepang, tetapi untuk sampai ke Indonesia sangat jauh, mengingat dari jarak tidak memungkinkan untuk sampai ke Indonesia. Dengan demikian Indonesia dinyatakan aman dari ancaman bahaya radiasi.
Pada saat yang bersamaan, Deputi PKN memberikan keterangan persnya kepada MetroTV terkait perkembangan terakhir yang tengah terjadi pada PLTN Fukushima. Menurut Deputi PKN, ledakan yang terjadi bukan pada reaktor, melainkan di gedungnya saja. Ledakan tersebut juga bukan ledakan nuklir tetapi ledakan hidrogen.
Dari kejadan tersebut, pemerintah Jepang telah melakukan pengukuran di berbagai tempat dan hasilnya tidak terlalu menghawatirkan. Menjawab apakah efeknya akan berdampak ke negara lain, Deputi PKN mengatakan, mungkin saja ke negara yang dekat dengan Jepang, tetapi untuk sampai ke Indonesia sangat jauh, mengingat dari jarak tidak memungkinkan untuk sampai ke Indonesia. Dengan demikian Indonesia dinyatakan aman dari ancaman bahaya radiasi.
Meski
radioaktivitas tidak sampai ke Indonesia, BAPETEN juga tetap melakukan pemantauan
radioaktivitas udara di daerah tertentu seperti di Kepulauan Tahuna,
Manado. Dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh
tim yang diterjunkan di sana pun tidak terdapat indikasi
tercemar radiasi. Selain
itu, BAPETEN juga melakukan pengukuran di beberapa
tempat lain seperti di Papua.
Menyusul gempa susulan yang kerap mengguncang Jepang baru-baru ini, Deputi PKN berkomentar, gempa tidak menjadi masalah, karena pada saat gempa terjadi secara otomatis shutdown. Tetapi, ketika tsunami datang, pendingin darurat tidak berfungsi dengan baik sehingga menimbulkan kecelakaan PLTN Fukushima.
Menyusul gempa susulan yang kerap mengguncang Jepang baru-baru ini, Deputi PKN berkomentar, gempa tidak menjadi masalah, karena pada saat gempa terjadi secara otomatis shutdown. Tetapi, ketika tsunami datang, pendingin darurat tidak berfungsi dengan baik sehingga menimbulkan kecelakaan PLTN Fukushima.
Sumber : Humas