(Jakarta,BAPETEN)
Amerika Serikat (AS) mempunyai PLTN terbanyak di dunia, yang memberikan kontribusi signifikan untuk mensuplai kebutuhan energi domestik mereka. Sementara PLTN di AS diawasi secara ketat, AS masih melakukan pembangunan 1 PLTN lagi. Semenjak beroperasi pertama kali pada 1958, sampai dengan detik ini, tidak ada kecelakaan nuklir di AS yang menyebabkan kejadian fatal atau berimplikasi besar terhadap lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pengoperasian PLTN selalu sesuai dengan standard keselamatan yang berlaku dan US Nuclear Regulatory Comission (US-NRC) telah melakukan sistem pengawasan yang efektif. Peranan US-NRC cukup penting karena proses pengawasan yang dilakukan menjadi tolok ukur bagi badan pengawas lainnya dan International Atomic Energy Agency (IAEA).
Untuk itu pada Senin (8/04) ini Delegasi US-NRC yang dipimpin oleh Komisioner William
D.Magwood mengunjungi Indonesia selama dua hari dengan tujuan untuk
meningkatkan kerjasama antara BAPETEN dan US-NRC. Dalam kunjungan hari pertama
ini, Beliau bertemu dengan Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta,
Kepala BAPETEN As Natio Lasman dan Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto.
Komisioner Magwood pada kesempatan ini didampingi oleh Wakil Dubes Amerika
Serikat di Jakarta, Ms. Kristen Bauer dan beberapa pejabat NRC. Hadir pula
dalam pertemuan tersebut Deputi Bidang Perijinan dan Inspeksi BAPETEN Martua
Sinaga, Deputi Bidang Jaringan Iptek ad-interim, Amin Soebandrio serta Staf
Ahli Menristek Bidang Energi dan Material Maju, Agus R. Hoetman.
Pada hari yang sama, BAPETEN menggelar konferensi pers terkait lawatan US-NRC selama dua hari di tanah air. Dalam kesempatan tersebut disebutkan, sesuai dengan program nasional untuk pemenuhan energi listrik yang mengacu pada UU No. 5/ 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, PLTN berkontribusi sebanyak 2% dari total kebutuhan energi nasional.
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Energi dan Material Maju Kementerian Riset dan Teknologi Agus Rusyana Hoetman, pada tahun 2025 kebutuhan energi listrik nasional diperkirakan 115 GW. Mengingat pembangunan PLTN mencapai 10 tahun, maka tahun 2014 atau 2015 hendaknya sudah ada pemohon izin yang sudah mengajukan ke BAPETEN. Perlu diketahui, bahwa sejak tahun 2010 BAPETEN telah menyelesaikan peraturan dan sistem perizinan tapak PLTN secara lengkap, termasuk dalam hal kemampuan SDM. Kerja sama yang digalang dengan US-NRC ini juga dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM BAPETEN untuk dapat melakukan evaluasi perizinan, khususnya pada tahap penentuan tapak PLTN.
Pada hari yang sama, BAPETEN menggelar konferensi pers terkait lawatan US-NRC selama dua hari di tanah air. Dalam kesempatan tersebut disebutkan, sesuai dengan program nasional untuk pemenuhan energi listrik yang mengacu pada UU No. 5/ 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, PLTN berkontribusi sebanyak 2% dari total kebutuhan energi nasional.
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Energi dan Material Maju Kementerian Riset dan Teknologi Agus Rusyana Hoetman, pada tahun 2025 kebutuhan energi listrik nasional diperkirakan 115 GW. Mengingat pembangunan PLTN mencapai 10 tahun, maka tahun 2014 atau 2015 hendaknya sudah ada pemohon izin yang sudah mengajukan ke BAPETEN. Perlu diketahui, bahwa sejak tahun 2010 BAPETEN telah menyelesaikan peraturan dan sistem perizinan tapak PLTN secara lengkap, termasuk dalam hal kemampuan SDM. Kerja sama yang digalang dengan US-NRC ini juga dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM BAPETEN untuk dapat melakukan evaluasi perizinan, khususnya pada tahap penentuan tapak PLTN.
Fungsi pengawasan yang dilakukan US-NRC untuk menjamin keselamatan pengoperasian 104
reaktor di AS seharusnya menjadi pelajaran yang berharga bagi Indonesia,
khususnya BAPETEN. Efektifitas US-NRC dalam mengatur operasi PLTN dan limbah
radioaktif telah sukses memperkuat kepercayaan publik Amerika untuk menerima
tenaga nuklir. Kepercayaan ini juga didukung oleh kebijakan US-NRC dalam
membangun pengawasan yang transparan dan keterbukaan informasi.
Komisioner Magwood menjelaskan setelah kecelakaan di Fukushima pada 2011, US-NRC telah
telah melakukan langkah-langkah dalam rangka untuk mengevaluasi peraturan
keselamatan reaktor nuklir di AS dalam menghadapi seismik dan banjir, termasuk
kombinasi dari bahaya ini, yang mungkin mengancam keselamatan PLTN. Dalam hal
mengantisipasi kekhawatiran akan keamanan nuklir, pihak Amerika Serikat
bersedia untuk memberikan pelatihan tentang pengawasan pembangkit tenaga
nuklir kepada Negara-negara lain termasuk kepada Indonesia melalui
pemberian bantuan kepakaran (expert assistance) dan pelatihan bagi
BAPETEN dalam persiapan pengawasan PLTN pertama di Indonesia. Menristek
menyambut baik tawaran tersebut dan berharap pihak Indonesia dapat
memanfaatkannya.
Setelah acara pertemuan dengan Menristek, Delegasi US-NRC diagendakan melakukan
courtessycall dengan Kepala BAPETEN yang dilanjutkan dengan konferensi pers dan
menjadi pembicara utama dalam Seminar Nasional "Safety of Nuclear
Energy from Regulatory Perspective" di Gedung BAPETEN, Jakarta. Pada hari kedua, Beliau dijadwalkan akan mengunjungi fasilitas radiasi RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat, dan
instalasi RSG G.A. Siwabessy, Serpong. Kunjungan Komisioner Magwood ini
diharapkan memberikan gambaran yang jelas untuk publik di Indonesia tentang
bagaimana US-NRC mengatur keselamatan pengoperasian PLTN dan limbah radioaktif.
Sumber : Humas