(Serpong, Banten,BAPETEN)
Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia dengan tujuan damai telah banyak dilakukan dalam bidang medis, industri, penelitian, dan lain-lain. Tenaga nuklir selain memiliki banyak manfaat juga memiliki resiko yang apabila tidak dikendalikan dapat mengarah kepada bencana akibat kesalahan manusia maupun kegagalan peralatan, dan atau akibat tindakan kriminal/terorisme.
Untuk mencegah agar tidak terjadi kegagalan dalam pemanfaatan tenaga nuklir, BAPETEN melaksanakan pengawasannya melalui pembuatan
peraturan terkait pemanfaatan tenaga nuklir, menerbitkan izin pemanfatan, dan
melaksanakan inspeksi secara berkala maupun sewaktu-waktu. Sedangkan untuk
memperkecil dampak akibat kegagalan dalam pemanfaatan tenaga nuklir, BAPETEN mewajibkan pemegang izin yang memiliki dampak radiology tingkat tinggi untuk melakukan latihan kedaruratan nuklir secara periodik tiap tahun, dua tahun sekali atau
empat tahun sekali sesuai dengan tingkat risiko masing-masing—sebagaimana
diatur dalam Perka BAPETEN No. 01 tahun 2010 tentang Kesiapsiagaan
dan Penanggulangan Kedaruratan Nuklir.
Hingga saat ini Indonesia telah memiliki tiga reaktor penelitian nuklir, yaitu Reaktor Serba Guna BATAN Serpong, Reaktor Kartini BATAN Bandung, dan Reaktor Triga 2000 BATAN Bandung. Secara umum, ketiga reaktor tersebut selama ini telah menunjukan kinerja aman dan selamat sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Pusat Reaktor Serba Guna BATAN Serpong sebagai instalasi nuklir yang memiliki daya hingga 30 MWth sesuai dengan Perka BAPETEN No. 01 tahun 2010 memiliki potensi yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat hingga di luar kawasan bila terjadi kedaruratan yang disebabkan oleh kecelakaan.
Hingga saat ini Indonesia telah memiliki tiga reaktor penelitian nuklir, yaitu Reaktor Serba Guna BATAN Serpong, Reaktor Kartini BATAN Bandung, dan Reaktor Triga 2000 BATAN Bandung. Secara umum, ketiga reaktor tersebut selama ini telah menunjukan kinerja aman dan selamat sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Pusat Reaktor Serba Guna BATAN Serpong sebagai instalasi nuklir yang memiliki daya hingga 30 MWth sesuai dengan Perka BAPETEN No. 01 tahun 2010 memiliki potensi yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat hingga di luar kawasan bila terjadi kedaruratan yang disebabkan oleh kecelakaan.
Geladi Lapang
Sebagaimana diketahui, geladi lapang nasional merupakan langkah proaktif untuk mengembangkan dan menjaga kemampuan kesiapsiagaan dan tanggap terhadap kedaruratan radiologi yang dapat timbul kapan saja dan dimana saja di seluruh wilayah Indonesia khususnya di provinsi Banten, tempat PRSG BATAN berada.
Geladi Lapang Nasional Kedaruratan Nuklir 2010, yang berlangsung pada 25-26 Oktober 2010 merupakan rangkaian kegiatan dari program berkelanjutan yang diselenggarakan secara nasional hasil kerjasama BAPETEN dengan instansi yang tergabung dalam Organisasi Tanggap Darurat Nuklir Nasional (OTDNN). Kegiatan ini merupakan kegiatan geladi lapang nasional yang pertama kali dilakukan di kawasan Puspitek. Hal ini juga merupakan lanjutan dari kegitan tahun sebelumnya, yaitu National Table Top Exercise 2007 dengan skenario kecelakan parah PRSG yang berdampak keluar kawasan.
Sebagaimana diketahui, geladi lapang nasional merupakan langkah proaktif untuk mengembangkan dan menjaga kemampuan kesiapsiagaan dan tanggap terhadap kedaruratan radiologi yang dapat timbul kapan saja dan dimana saja di seluruh wilayah Indonesia khususnya di provinsi Banten, tempat PRSG BATAN berada.
Geladi Lapang Nasional Kedaruratan Nuklir 2010, yang berlangsung pada 25-26 Oktober 2010 merupakan rangkaian kegiatan dari program berkelanjutan yang diselenggarakan secara nasional hasil kerjasama BAPETEN dengan instansi yang tergabung dalam Organisasi Tanggap Darurat Nuklir Nasional (OTDNN). Kegiatan ini merupakan kegiatan geladi lapang nasional yang pertama kali dilakukan di kawasan Puspitek. Hal ini juga merupakan lanjutan dari kegitan tahun sebelumnya, yaitu National Table Top Exercise 2007 dengan skenario kecelakan parah PRSG yang berdampak keluar kawasan.
Kegiatan terkait lainnya secara nasional yang pernah dilakukan diantaranya Geladi Lapang Nasional
Kecelakaan Transportasi Melibatkan Zat Radiokatif 2008 di Yogyakarta, National Table Top Exercise 2009
melibatkan PTNBR BATAN Bandung, dan Latihan Kedaruratan Nuklir 2005 dengan
melibatkan radiological dispersal device (RDD) di Jakarta.
Selain BATAN sebagai tuan rumah dan BAPETEN yang mengkoordinasikan Geladi Lapang Nasional kali ini, kegiatan tersebut melibatkan beberapa instansi, yaitu Kompi NUBIKA TNI AD, Puslabfor Mabes POLRI, Kepolisian Metro Jaya, Detasemen KBR POLRI, Polres Kabupaten Tangerang, Kementrian Ristek, Kementrian Kesehatan, Kementrian Pertanian, Kementrian Transportasi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dengan keterlibatan personil diperkirakan mencapai 2000 orang. Beberapa pimpinan puncak instansi antara lain dari BAPETEN dan BATAN hadir dalam pelaksanaan geladi lapang nasional ini.
Geladi lapang nasional kali ini ditujukan untuk menguji kemampuan mengambil keputusan dan melaksanakan tindakan perlindungan segera (urgent protective action/UPA), yaitu tindakan evakuasi, sheltering, dan pemberian tablet kalium iodida/KI sebagai pelindung tiroid secara cepat dan tepat. Rangkaian kegiatan diawali dengan pelatihan penyegaran serta pendalaman standard operating procedure/SOP dan pedoman bagi pimpinan pasukan dan peserta mengenai penanggulangan kedaruratan nuklir.
Geladi lapang nasional kali ini ditujukan untuk menguji kemampuan mengambil keputusan dan melaksanakan tindakan perlindungan segera (urgent protective action/UPA), yaitu tindakan evakuasi, sheltering, dan pemberian tablet kalium iodida/KI sebagai pelindung tiroid secara cepat dan tepat. Rangkaian kegiatan diawali dengan pelatihan penyegaran serta pendalaman standard operating procedure/SOP dan pedoman bagi pimpinan pasukan dan peserta mengenai penanggulangan kedaruratan nuklir.
Dengan geladi ini diharapkan dapat diidentifikasikan kekuatan dan kelemahan di setiap level baik di tempat pemegang izin, pemerintah daerah dan nasional sehingga umpan balik guna peningkatan kemampuan SDM. Peningkatan ketersediaan peralatan dan SOP yaang memadai yang menunjang kemampuan tanggap darurat secara efektif dan efisien dapat tercapai. Dan yang tak kalah pentingnya, tujuan yang ingin dicapai ialah meningkatnya koordinasi diantara institusi terkait di semua lini dan tingkatan sehingga sistem kesiapsiagaan nuklir nasional dapat terbangun dengan kokoh.
Sumber : Humas - DKKN