FGD Ke-1: Penetapan Tingkat Panduan Diagnostik Indonesia untuk Fluoroskopi dan Kedokteran Nuklir Diagnostik
Kembali 26 April 2022 | Berita BAPETENPusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (P2STPFRZR) BAPETEN menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) yang pertama dalam rangka rangkaian kegiatan menuju Penetapan Indonesian Diagnostic Reference Level (IDRL) untuk Fluoroskopi dan Kedokteran Nuklir Diagnostik, Selasa (26/04). Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari Kemenkes, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI), PKNI, Aliansi Fisikawan Medik Indonesia (AFISMI), Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI), PRTKMN - BRIN, Poltekkes Jakarta, Poltekkes Semarang, dan perwakilan akademisi Universitas.
Acara dibuka oleh Kepala P2STPFRZR yang diwakili oleh Koordinator Pengkajian Kesehatan Rusmanto. Rusmanto menyampaikan bahwa kepala P2STPFRZR berpesan dan berharap tahun ini akan bisa menetapkan tingkat panduan diagnostic (TPD) nasional untuk modalitas yang telah direncanakan, yaitu fluoroskopi dan kedokteran nuklir diagnostik.
“Beliau juga menekankan bahwa nilai tingkat panduan ini nanti harus mampu untuk diimplementasikan dan mampu meningkatkan kontribusi data yang masuk ke aplikasi terpadu kita, yaitu Si-INTAN dalam rangka kesinambungan dari penetapan tingkat panduan ini ke depan,” sambung Rusmanto.
Lebih lanjut, Rusmanto menjelaskan, “Dalam rangka menuju dan mencapai keselamatan pasien, dalam hal penggunaan radiasi pengion, kita perlu melakukan pengoptimalan atau sering disebut optimisasi. Salah satu yang perlu di optimisasi adalah bagaimana penggunaan radiasi ini menuju ALARA, yaitu mengupayakan pemberian dosis radiasi yang tepat sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan mutu citra yang diagnostik. Dan dalam hal untuk pasien, ALARA ini diterapkan salah satunya dengan penggunaan dan evaluasi tingkat panduan diagnostik. Kebutuhan penggunaan dan evaluasi tingkat panduan diagnostik ini mendorong kita untuk dapat menetapkan sendiri tingkat panduan diagnostik sesuai dengan infratruktur Indonesia”.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi dari Endang Kunarsih terkait Pengantar Rencana Proses Penetapan dan Profil Status Data Terkini. Diskusi berjalan cukup aktif dan efektif. Para peserta turut memberikan opini, masukan, dan dukungan yang sangat membangun, sehingga target yang diharapkan dari FGD pertama ini dapat dicapai.
Pada acara penutup, Rusmanto menyampaikan bahwa hasil FGD kali ini akan ditindaklanjuti segera dan beberapa poin akan menjadi bahan pembahasan untuk FGD berikutnya. [P2STPFRZR/EndangK/BHKK/IP]
Komentar (0)