(Yogyakarta,BAPETEN)
Teknologi tak bisa diterima begitu saja. Terlalu “welcome” atas kehadirannya dapat menyesal di belakang hari. Modernisasi menjadi penyakit “bawaan” karena memang dibawa atau terbawa dari negara maju tanpa pertimbangan. Hal terpenting yang harus kita sadari adalah jangan sampai menjadi konsumen teknologi yang pandir. Dampak teknologi, netralitasnya, buruk-baiknya di seputar kehidupan keseharian menjadi tema sentral dalam bahasan kita. Kali ini khusus tentang teknologi nuklir dan pentingnya pengawasan, budaya keselamatan dalam pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia.
Budaya
keselamatan melibatkan siapapun yang sikap dan perilakunya dapat berpengaruh
terhadap keselamatan nuklir, bukan hanya operator, pengusaha instalasi nuklir
melainkan juga Badan Pengawas. Hal
inilah yang mendorong perlunya diadakan sosialisasi. Sosialisasi kali ini
melalui TVRI Yogya, yang dikemas dalam bentuk acara Dialog Khusus Ranah Publik,
dialog interaktif ini disiarkan langsung oleh TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta, Senin,
28 April 2014, pukul 18.00-19.00 WIB. Sebagai narasumber Kepala BAPETEN
Jazi Eko Istianto dan Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir Khoirul Huda,
dialog ini dihadiri juga oleh Mahasiswa dari Fakultas MIPA Universitas Gajah
Mada dan Fakultas Biotek Univesitas Kristen Duta Wacana di Studio 2. Tanya
jawab selain dari mahasiswa yang hadir juga diikiti oleh masyarakat melalui
telepon.
”Cukup
banyak manfaat positif dari energi nuklir di berbagai bidang, yaitu bidang
kesehatan, industri dan penelitian. Tugas utama BAPETEN untuk melindungi
masyarakat, pekerja dan lingkungan dari radiasi nuklir. Dampak radiasi nuklir ada
2 yaitu deterministik (dampak yang langsung bisa diketahui) dan stokastik
(dampak yang bisa diketahui setelah jangka panjang), karena kita tidak mau
sampai ada insiden nuklir di Indonesia. Untuk itu, BAPETEN selalu menjalankan
tugasnya dengan baik. SDM (Sumber Daya Manusia) BAPETEN saat ini dipandang
sebagai badan pengawas nuklir yang terdepan di Asia Tenggara", ungkap Kepala
BAPETEN.
Tentang
SDM ini Kepala BAPETEN menjelaskan di internasional ada badan pengawas
nuklir yaitu IAEA, setiap tahunnya SDM BAPETEN dikirimkan untuk mengikuti pelatihan IAEA sebab mereka
mempunyai praktek terbaik, sehingga tidak perlu seperti naik sepeda kalau mau
bisa harus jatuh dahulu. Menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang PLTN pandangan
internasional hanya karena kurangnya kepercayaan publik.
Lebih
lanjut Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir menyampaikan, Pengawasan
BAPETEN menggunakan tiga pilar yaitu Peraturan, Perizinan dan Inspeksi. Untuk
PLTN saat ini belum ada aplikasi yang diajukan ke BAPETEN, sehingga belum ada
ulasan evaluasi secara resmi dari BAPETEN.
Sosialisasi
ini diharapkan dapat memberikan gambaran akan pentingnya pemahaman keberadaan
BAPETEN selaku Badan Pengawas yang berperan melaksanakan peraturan, perizinan
dan inspeksi pemanfaatan tenaga nuklir, termasuk kesiapan pengawasan; pembangunan dan pengoperasian PLTN yang merupakan antisipasi pemenuhan
kebutuhan energi di masa mendatang.
Sumber : Humas