Guna mempersiapkan pengamanan Asian Games 2018, INASGOC selaku panitia pelaksana Asian Games 2018, menggelar rapat koordinasi dengan mengundang semua pemangku kepentingan terkait pengamanan Asian Games, termasuk diantaranya adalah BAPETEN (Selasa, 17 April 2018). Rapat koordinasi dipimpin langsung oleh Asisten Kapolri Bidang Operasi ( As Ops Kapolri) yang menjabat sebagai Deputi IV INASGOC Irjen. Pol. Drs. Deden Juhana, dengan Moderator KAROBINOPS SOPS POLRI, Brigjen. Pol. Imam Sugianto.
Maksud dan tujuan rapat koordinasi ini adalah untuk mengantisipasi secara tepat terhadap issue yang berkembang, sehingga diperlukan informasi yang akurat dan dibutuhkan kerjasama yang baik dalam rangka tukar menukar informasi. Selain itu untuk membicarakan apakah perlu untuk membentuk suatu wadah desk intelijen, termasuk bagaimana mengelolanya guna mengumpulkan, mengolah informasi dan mendistribusikan informasi secara cepat serta didesain secara apik/baik dan terintegrasi. Disamping itu juga bertujuan untuk mengetahui kesiapan petugas dalam mengantisipasi aksi terhadap prediksi ancaman dan gangguan, sehingga perlu terus ditingkatkan melalui berbagai macam latihan secara kontinyu. Terkait bentuk dan materi latihan perlu kesesuaian dengan kondisi dan prediksi terkini sebagaimana informasi yang diperoleh dari intelijen.
Dalam sambutannya Deputi IV INASGOC menyampaikan bahwa pelaksanaan Asian Games XVIII 2018, yang merupakan multi even terbesar kedua di dunia setelah olimpiade, waktu penyelenggaraannya tinggal 124 hari lagi, berbagai perkembangan baik dalam hal persiapan maupun lingkungan strategis yang mempengaruhi terus terjadi dan sangat dinamis. "Perlu koordinasi secara berkesinambungan dengan semua pemangku kepentingan guna mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan terkait keamanan penyelenggaraan Asian Games", kata Deden.
Lebih lanjut Deden mengatakan bahwa tugas pengamanan yang dilakukan yaitu antara lain pada venue competition, venue non competition, traffic management dan kedatangan/kepulangan atlit dan official di bandara. Pelaksanaan Asian Games XVIII tahun 2018 harus sukses, tidak ada gangguan dalam bentuk apapun terutama ancaman terorisme, potensi ancaman berkembangnya isu anti China, permasalahan konflik sektarian irak (syiah –sunni), konflik antar negara di kawasan timur tengah dan asia (masalah laut China Selatan, situasi di Myanmar dan Philipina), dan keikutsertaan negara Myanmar pada Asian Games XVIII tahun 2018. Juga potensi ancaman terkait terjadinya penyerangan terhadap etnis muslim rohingya di Myanmar serta kelompok jaringan terorisme dan radikalisme yang terus berupaya melakukan aksi teror.
Pada rapat koordinasi ini, Deden juga mengungkapkan bahwa semua instansi tentu memiliki petugas yang mengetahui setiap informasi sesuai bidang tugasnya masing masing. Tentu semuanya perlu dimanfaatkan secara maksimal melalui kerjasama dan kerja bersama dalam suatu wadah di penyelenggaraan Asian Games pada tataran eksekutif.
Melalui rapat koordinasi ini diharapkan akan diperoleh gambaran macam dan bentuk latihan sebagai bahan materi simulasi kontinjensi dalam rangka mengantisipasi kemungkinan ancaman yang mungkin terjadi. Oleh karenanya diperlukan koordinasi komunitas intelijen terhadap kondisi/permasalahan yang memerlukan pengelolaan informasi, guna mengantisipasi aksi terorisme di Gelora Bung Karno dan tempat lainnya seperti lokasi athlete village (lintasan dari berbagai arah/arus lalin), venue yang tersebar di berbagai lokasi. Perlu juga pengamatan terhadap proses/recruitment volunteers, terhadap vendor (pekerja, catering, room boy), recruitment pengemudi bus untuk mengangkut atlit/official/vvip/vip, antisipasi kemungkinan terjadinya keracunan makanan dan adanya aksi demonstrasi terhadap negara tertentu peserta asian games 2018.
Untuk dapat mengantisipasi secara tepat terhadap issue yang berkembang diperlukan informasi yang akurat dan dibutuhkan kerjasama yang baik dalam rangka tukar menukar informasi, baik informasi yang berasal dari dalam negeri maupun bersumber dari negara asal peserta Asian Games 2018. Pada kesempatan ini, peserta rakor dipersilahkan untuk menyampaikan informasi terkait issue-issue dan ancaman gangguan yang akan menjadi bahan diskusi untuk kesiapan simulasi kontinjensi. Seluruh masukan dari komunitas intelijen sangat dibutuhkan dalam mengelola keamanan pada Asian Games 2018 nanti.
BAPETEN sendiri pada rapat koordinasi ini menyampaikan bahwa issue keamanan nuklir pada Major Public Event (MPE) sudah menjadi topik utama di dunia internasional, hal ini mengingat semakin seringnya serangan teroris menyasar pada kegiatan yang melibatkan orang banyak seperti di pertandingan sepak bola, konser musik, dan lain sebagainya. Indonesia sendiri telah berperan aktif dalam Nuclear Security Summit (NSS) yang dihadiri oleh Presiden maupun Wakil Presiden Republik Indonesia. Untuk itu, Indonesia melalui BAPETEN telah bekerja sama dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) akan menerapkan keamanan nuklir pada even Asian Games XVIII tahun 2018 ini, dengan menempatkan beberapa personil pada lokasi pertandingan yang dilengkapi dengan detector radiasi. IAEA juga akan membantu meminjamkan beberapa peralatan deteksi radiasi dalam rangka mendukung keamanan nuklir pada Asian Games 2018 ini. Peralatan ini nantinya juga bisa dimanfaatkan oleh petugas keamanan guna mendukung fungsi deteksi pada lokasi pertandingan Asian Games 2018.
BAPETEN juga siap mendukung rencana pelatihan yang direncanakan oleh INASGOC maupun kepolisian daerah (Polda) untuk mengantisipasi gangguan keamanan pada penyelenggaraan Asian Games 2018. Rapat koordinasi ini ditutup oleh Asisten Kapolri Bidang Operasi ( As Ops Kapolri) sekaligus sebagai Deputi IV INASGOC Irjen. Pol. Drs. Deden Juhana dengan mengucapkan terima kasih atas peran aktif, komitmen, kerja sama dan kesungguhan dari semua peserta rapat. (dkkn/I-CoNSEP/zul/bho/bsb).