Dalam rangka implementasi program keamanan nuklir nasional, Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Dedik Eko Sumargo, didampingi Kepala Subdirektorat Keteknikan Zulkarnain, bertemu dengan Direktur Utama PT Pelindo III Orias Petrus Moedak, disertai Direktur Komersial dan Operasional Mohammad Iqbal, Senior Manajemen Mutu dan Resiko Hariyana, serta Askaro Kinerja Korporat dan Riset Purwanto Wahyu Widodo, di kantor Pusat PT Pelindo III Surabaya.
Orias sangat mendukung program keamanan nuklir nasional yang akan diterapkan di pelabuhan-pelabuhan laut di Indonesia. Orias menambahkan, Pelindo III siap bekerjasama dan terlibat dengan program keamanan nuklir nasional ini.
Selanjutnya, sebagai tindaklanjut penandatanganan Nota Kesepahaman antara BAPETEN dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir (DKKN) BAPETEN menggelar pelatihan Front Line Officer (FLO) dalam rangka meningkatkan kemampuan personil Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Kamis (9/3/2017).
Pelatihan yang digelar selama 2 hari ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan personil Bea dan Cukai yang bertugas di Pelabuhan Tanjung Perak, dalam hal deteksi dan pengukuran radiasi. Hal ini sangat penting mengingat petugas dilapangan belum memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam hal deteksi dan pengukuran radiasi.
Selain itu pelatihan ini juga berguna untuk meningkatkan kemampuan personil untuk mendeteksi adanya penyelundupan bahan nuklir dan/atau zat radioaktif maupun barang mengandung zat radioaktif yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Pelatihan dibuka resmi oleh Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Dedik Eko Sumargo. Dalam sambutannya, Dedik menyatakan pentingnya peran FLO dalam melindungi bangsa ini dari kemungkinan adanya penyelundupan bahan nuklir dan/atau zat radioaktif maupun barang yang mengandung radioaktif.
Lebih lanjut Dedik mengungkapkan, peran serta dari semua instansi terkait sangat diperlukan untuk membentuk dan mengoperasionalkan sistem pertahan berlapis (defence in depth) guna mengawal keamanan nuklir nasional. “Kewaspadaan terhadap penyelundupan bahan nuklir dan/atau zat radioaktif maupun barang mengandung radioaktif melalui pelabuhan, harus lebih ditingkatkan mengingat ancaman terorisme dan tindak kejahatan yang semakin meningkat baik di tingkat nasional maupun internasional,” tegas Dedik.
Terkait ancaman yang semakin meningkat, Dedik mengingatkan agar Indonesia harus semakin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan FLO dengan dukungan peralatan yang handal. “Koordinasi dan kolaborasi pemangku kepentingan merupakan kunci sukses,” ujarnya.
Dedik menjelaskan, pelatihan ini bukan hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan semata, tetapi juga menjadi forum komunikasi, koordinasi dan berbagi informasi serta pengalaman dengan BAPETEN. Guna mencapai misi dan fungsi BAPETEN untuk menjamin keselamatan dan keamanan pekerja, masyarakat dan lingkungan serta masalah keamanan nuklir, BAPETEN tidak dapat berdiri sendiri. Sangat dibutuhkan koordinasi dan kolaborasi yang baik dengan semua pemangku kepentingan disemua lini.
Pelatihan ini diikuti sejumlah personil dari KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Perak, Surabaya, dengan pengajar dari personil Subdit Keteknikan DKKN. Materi pelatihan mencakup pertahanan berlapis keamanan nuklir nasional, implementasi keamanan nuklir dipintu masuk NKRI, teori dasar proteksi radiasi dan efek biologi radiasi, pengenalan sistem RPM dan perawatannya, secondary inspection sekaligus pengoperasian handheld monitor.
Melalui pelatihan ini diharapkan peserta dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diterima ketika saat berada dilapangan, sehingga upaya pencegahan penyelundupan bahan nuklir dan/atau zat radioaktif maupun barang mengandung zat radioaktif melalui pelabuhan dapat lebih efektif. Pelatihan ditutup dengan dialog serta penyerahan sertifikat kepada para peserta pelatihan, sekaligus buku pegangan untuk Penanganan Zat Radioaktif oleh Kepala Subdirektorat Keteknikan BAPETEN. (BHO/PD)