Sebagai bentuk komitmen dalam mewujudkan deteksi dan respon keamanan nuklir terhadap kegiatan yang melibatkan bahan nuklir/ bahan radioaktif di luar kendali pengawas, Balai Pendidikan dan Pelatihan BAPETEN menyelenggarakan Table Top Exercise (TTX) on Nuclear Security Detection and Response di Kantor BAPETEN Jakarta pada tanggal 6-8 Mei 2025 dan diikuti oleh peserta dari Kementerian Luar Negeri, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Keamanan Laut, Bea Cukai, Badan Intelijen Negara dan BAPETEN. Sebelum rangkaian kegiatan ini dimulai, sehari sebelumnya juga telah diadakan rapat persiapan antara BAPETEN dan Hafidz Attan dari Jabatan Tenaga Atom Malaysia sebagai perwakilan dari International Atomic Energy Agency (IAEA) yang berperan sebagai observer.
Pada hari pertama pelatihan, agenda acara diawali dengan sambutan dari Hafidz yang menyatakan bahwa latihan ini merupakan rangkaian pelatihan regional (Multilateral Exercise on Nuclear Security Detection) yang akan melibatkan 4 negara yaitu Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia yang pada bulan Juli 2025 akan diselenggarakan di Johor Malaysia. Dan sekarang Indonesia merupakan negara pertama yang mengadakan TTX pertama secara nasional, karena pihak IAEA menyarankan masing-masing negara juga menyelenggarakan TTX. Kemudian, hasil dari masing-masing pelatihan negara akan dibawa ke tingkat regional nantinya.
Selanjutnya Judi Pramono selaku Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir BAPETEN dalam sambutannya menyampaikan pelatihan ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan Indonesia dalam kedaruratan nuklir di lintas batas negara, seperti dalam hal pedoman, prosedur, kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing institusi, koordinasi, persiapan peralatan dan lainnya.
Di hari pertama ini terdapat 3 injeksi yang menggunakan skenario adanya pencurian 4 kamera radiografi milik perusahaan Indonesia yang beroperasi di Thailand, dimana sumber radioaktif berpotensi telah dibongkar dan dapat digunakan dalam perangkat pemaparan radiologi (RES). Sumber radioaktif selanjutnya diangkut ke berbagai perlintasan batas negara regional. Dari skenario inilah, akan terlihat peran masing-masing instansi pemerintah Indonesia dalam penanganan sumber radioaktif tersebut.
Kemudian pada hari ke dua pelatihan, para peserta yang terbagi menjadi tiga kelompok mempresentasikan masing-masing respon terhadap skenario yang telah dipaparkan di hari pertama. Diskusi ini membahas antara lain mengenai koordinasi antar lembaga, strategi penelusuran sumber radioaktif, regulasi dan kapabilitas instansi yang terlibat. Di hari terakhir pelatihan dilaksanakan praktik deteksi dan identifikasi sumber radioaktif yang dikondisikan berada di lokasi maritim Indonesia.
Dalam penutupan, Hafidz menyampaikan apresiasinya atas peran dan partisipasi peserta dalam pelatihan, selain itu ditegaskan bahwa ancaman terhadap penyalahgunaan nuklir itu nyata dan jika tidak ditangani secara tepat maka akan semakin memperkeruh keadaan. Kemudian Judi mengharapkan bahwa melalui kegiatan TTX ini, Indonesia mampu meningkatkan kapabilitas dan menjadi bekal untuk menyusun prosedur deteksi keamanan nuklir yang terintegrasi antar Front Line Officers terkait. (BHKK/Ra/Da)
Komentar (0)