Banner BAPETEN
Workshop dan Seminar Si-INTAN 2021
Kembali 24 Mei 2021 | Berita BAPETEN

Nilai Diagnostic Reference Level (DRL) menjadi indikator penting bagi fasilitas kesehatan (rumah sakit atau klinik) dalam menerapkan dosis radiasi yang tepat pada pemeriksaan pasien radiologi diagnostik dan radiologi intervensional. Dengan tersedianya DRL, penerimaan dosis yang tidak perlu bagi pasien akibat adanya ketidaktepatan dosis yang diberikan dapat terhindarkan.

Penetapan nilai DRL secara nasional atau yang selanjutnya disebut sebagai Indonesian Diagnostic Reference Level (I-DRL) dilakukan melalui proses perhitungan kuantitatif dan pembahasan teknis dengan para pakar. Dalam rangka persiapan dan pembahasan teknis untuk menetapkan nilai I-DRL tersebut, Bapeten menyelenggarakan Workshop dan Seminar Si-INTAN 2021 secara daring dan luring pada Senin (24/5).

imgkonten imgkonten

Acara dimulai dengan laporan Kepala Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (P2STPFRZR) Taruniyati Handayani. Dalam laporannya Runi, demikian Kepala P2STPFRZR akrab disapa, mengatakan bahwa tujuan acara ini adalah untuk berbagi ilmu dan pengalaman, “karenanya masukan dan komentar dari Bapak dan Ibu sangatlah kami harapkan” ujarnya.

Deputi Bidang Pengkajian Keselamatan Nuklir Dahlia C. Sinaga dalam arahannya terkait Pengawasan Ketenaganukliran Bidang Fasilitas Radiasi Dan Zat Radioaktif Di Indonesia mengatakan bahwa kebijakan Bapeten terkait pengawasan tenaga nuklir bertujuan untuk menjamin kesejahteraan, keamanan, dan ketenteraman masyarakat; menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, dan anggota masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup; memelihara tertib hukum dalam pelaksanaan pemanfaatan tenaga nuklir; meningkatkan kesadaran hukum pengguna tenaga nuklir untuk menimbulkan budaya keselamatan di bidang nuklir; mencegah terjadinya perubahan tujuan pemanfaatan bahan nuklir; dan menjamin terpelihara dan ditingkatkannya disiplin petugas dalam pelaksanaan pemanfaatan tenaga nuklir.

imgkonten imgkonten

Lebih lanjut Dahlia mengatakan potensi risiko radiasi yang ditimbulkan oleh pemanfaatan tenaga nuklir dapat ditekan serendah mungkin dengan menerapkan sistem pengawasan yang efektif.

Selain infrastruktur pengawasan BAPETEN, menurut Dahlia stakeholder pemanfaat tenaga nuklir berperan sangat penting dalam mendukung pengawasan ketenaganukliran yang menjamin keselamatan radiasi bagi pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup.

Oleh karenanya perlu penguatan program bimbingan teknis, sosialisasi, diseminasi, pembinaan, konsultasi publik, atau media lain untuk menyerap aspirasi publik dan menyampaikan informasi ke publik dalam pengawasan penggunaan tenaga nuklir.

Dalam workshop dan Seminar sehari yang dilaksanakan secara daring dan luring ini diisi dengan presentasi dan diskusi dengan mengundang narasumbeer dari pemangku kepentingan yang terkait dengan implementasi DRL.

Presentasi pertama disampaikan oleh Dr. dr. Bagaswoto Poedjomartono, Sp Rad., dari Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI) dengan tema Implementasi optimisasi proteksi radiasi pada pasien radiologi diagnostik dan intervensional. Dalam pemaparannya Bagaswoto menekankan bahwa radiasi itu sangat berbahaya, sehingga diperlukan kerja yang disiplin dengan menggunakan budaya keselamatan.

imgkonten imgkonten

Presentasi berikutnya membahas Peran fisikawan medik dalam optimisasi proteksi radiasi pada pasien melalui pertimbangan DRL nasional yang disampaikan oleh M. Roslan Abdul Gani, M.Si. dari Asosiasi Fisikawan Medik Indonesia (AFISMI).

Dalam presentasinya M. Roslan memberikan beberapa penjelasan antara lain dinyatakan bahwa DRL diperlukan sebagai tool utama dalam optimisasi. Tekait peran Fisikawan Medik M. Roslan mengatakan bahwa Peran Fisikawan Medik penting dalam menentukan strategi optimisasi. Fisikawan medik menurut M. Roslan dapat mempertimbangkan besaran teknis (dosis dan kualtis citra) untuk digunakan sebagai acuan. Juga disampaikan bahwa Fisikawan Medik perlu untuk mengembangkan metodologi evaluasi dosis dan kualitas citra.

imgkonten imgkonten

Sementara itu Eka Sulistiya dari Perhimpungan Ahli Radiologi Indoensia (PARI) yang juga bertindak sebagai narasumber dalam acara ini menyampaikan presentasi tentang Peran radiografer dalam upaya optimisasi proteksi radiasi pada pasien radiologi.

Menurut Eka terkait implementasi DRL disampaikan bahwa Rumah sakit harus membuat akun balis Si-INTAN, Radiografer mencatat dosis pasien setiap pemerikasaan X Ray dan CT Scan, Rumah Sakit harusmembuat DRL lokal yang diharapkan DRL rumah sakit nilainya lebih rendah dari DRL nasional. Apabila nilai DRL lokal lebih tinggi dari DRL nasional makaFismed melakukan investigasi berkolaborasi dengan radiografer dan radiologist untuk meninjau protokol. Untuk selanjutnya RS atau pemegang izin, melakukan monitoring DRL yang diinput di dalam aplikasi Si- INTAN.

imgkonten imgkonten

Usai acara presentasi dan diskusi dari ketiga nara sumber tadi berlanjut dengan Presentasi dan diskusi makalah oleh 5 pemakalah terbaik dalam seminar ini. Pemakalah terbaik ini akan mendapatkan penghargaan yang akan disampaikan pada acara Anugrah Bapeten yang waktunya akan disampaikan kemudian.

Peserta yang hadir dalam workshop dan Seminar ini, secara daring melalui kanal youtube Bapeten sebanyak 289 orang dan hadir langsung sebanyak 41 orang (BHKK/Bams).

Tautan BAPETEN

mkananmenu_2024-02-26-145126.png
mkananmenu_2021-04-19-125003.png
mkananmenu_2021-04-19-125235.png
mkananmenu_2021-08-25-114254.png
mkananmenu_2024-03-25-135103.png
mkananmenu_2024-05-15-171035.jpeg

Feedback

GPR Kominfo

Video

Tautan Internasional

Tautan LPNK