Rapat Koordinasi BAPETEN dan Lembaga Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
Kembali 01 Desember 2021 | Berita BAPETENBAPETEN menggelar Rapat Koordinasi Evaluasi dan Perencanaan Penyelenggaraan Pelatihan PPR – Ujian Lisensi PPR yang diselenggarakan oleh Direktorat Perizinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (DPFRZR) pada Rabu, (01/12) di Yogyakarta.
Dalam sambutannya Direktur DPFRZR Ishak, mengatakan bahwa dalam rapat koordinasi ini, ada 3 agenda yang akan kita lakukan yakni evaluasi pelaksanaan pengujian yang telah kita laksanakan di tahun 2021, melakukan diskusi membahas hal-hal bisa kita perbaiki atau kita tingkatkan serta sinkronisasi jadwal pengujian yang akan dilaksanakan di tahun 2022. “Semoga kita mendapatkan ide-ide baru terkait dengan penyelenggaraan pelatihan PPR tersebut” harapnya.
Acara dibuka oleh Deputi Bidang Perizinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif, Zainal Arifin. Dalam sambutannya Zainal mengucapkan selamat datang kepada peserta, serta mengutakan bahwa lembaga pelatihan tentu saja ini jadi perhatian kita. “Pada hari ini kita bertemu untuk berkoordinasi dan sharing seperti yang telah disampaikan oleh Pak Ishak tadi” tukasnya.
“Tentu saja melalui kegiatan ini komunikasi di antara kita bisa lebih baik lagi dan nanti kita bisa mendengar seberapa jauh penyelenggaraan pelatihan bagi PPR yang diadakan oleh lembaga pelatihan yang bapak dan Ibu asuh” tambah Zainal
Untuk memberikan semangat bagi Lembaga pelatihan, sebagaimana juga Stakeholder BAPETEN lainnya yang mendapat penghargaan dalam Anugerah BAPETEN, maka lembaga diklat juga akan diusulkan untuk mendapat penghargaan dalam Anugerah BAPETEN yang akan datang. “Tentu saja ini punya pengaruh yang besar bagi lembaga diklat yang mendapat penghargaan. Ada kemungkinan peserta yang mendaftar diklat melalui lembaga ini akan lebih banyak lagi” jelas Zainal untuk memotivasi peserta Rakor.
Sementara itu, Sekretaris Utama BAPETEN yang juga menjabat sebagai Plt. Kepala BAPETEN Sugeng Sumbarjo mengucapkan terima kasih kepada para peserta yang telah memenuhi undangan BAPETEN untuk mengikuti rapat koordinasi ini, “kami BAPETEN berterima kasih sudah hadir memenuhi undangan kami, dan saya kira ini adalah kegiatan yang penting untuk peningkatan mutu pelatihan kita di tahun 2022.” katanya
Sugeng mengatakan peran lembaga pelatihan merupakan bagian dari mata rantai pengawasan pemanfatan tenaga nuklir yang dilakukan oleh BAPETEN. “Jadi peran Bapak dan Ibu sangat strategis dalam rantai pengawasan tenaga nuklir” Jelas Sugeng seraya memotivasi peserta.
Dalam hal ini, tidak hanya peralatan dan instalasi saja yang harus diawasi, tetapi SDM atau personil yang mengoperasikan peralatan nuklir juga harus diawasi. “Selain penyiapan infrastruktur TIK, kami juga mendukung peningkatan SDM, caranya adalah melalui diklat, baik yang diselenggarakan oleh BAPETEN maupun oleh eksternal BAPETEN. Karena itu kolaborasi dengan berbagai pihak perlu terus dilakukan. Kolabosari ini menjadi sesuatu hal yang baik dan akan terus kita lanjutkan, dan kita bertekad untuk meninggalkan sesuatu yang baik bagi generasi kita di masa yang akan datang” Terangnya.
Sugeng menegaskan, kita jangan lagi memberikan layanan yang setengah-setengan apalagi mempersulit. “Kalau memang bisa mudah kenapa harus dipersulit, itulah sikap kita yang harus dipertahankan yang merupakan bagian dari perwujudan reformasi Birokrasi BAPETEN” tegasnya.
Pada Rakor ini disampaikan presentasi mengenai Evaluasi Akhir Penyelenggaraan Perizinan Petugas Fasilitas Radiasi tahun 2021 dan Perencanaan Tahun 2022 yang disampaikan oleh Koordinator Kelompok Fungsi Perizinan Petugas Fasilitas Radiasi Adi Drajat.
Selanjutnya perwakilan dari Lembaga Pelatihan diminta untuk menyampaikan evaluasi atas pelaksanaan pelatihan tahun 2021 dan rencana pelatihan PPR pada tahun 2022, termasuk kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelatihan tersebut. Lembaga pelatihan yang menyampaikan tersebut antara lain dari Universitas Hasanudin, Poltekkes Kemenkes Jakarta 2, Direktorat Pengembangan Kompetensi BRIN, Universitas Airlangga, Politeknik Nuklir Indonesia-BRIN, UNDIP, UNS, Poltekkes Kemenkes Semarang, Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali dan serta Lembaga Saint Terapan FMIPA UI.
Secara umum pendapat dari para perwakilan lembaga diklat ini lebih senang bila pelatihan tersebut diadakan secara offline atau luring, karena peserta bisa fokus melaksanakan pelatihan. Tetapi bila dilaksanakan secara daring peserta sepertinya tidak fokus, bahkan masih “diganggu” dengan tugas-tugas kedinasan dari instansinya. Belum lagi jaringan internet yang sering jadi masalah, terutama untuk peserta yang berada di luar jawa. Singkatnya, pemahaman peserta terhadap materi jadi kurang maksimal bila dilaksanakan secara online. Pandemi ini jelas sangat berdampak terhadap penyelenggaraan pelatihan PPR.
Seperti disampaikan oleh perwakilan peserta dari Poltekkes Kemenkses Semarang, “Kami, sama dengan yang lainnya, bila pelatihan dilaksanakan dengan zoom, peserta disuruh bertanya, tidak bertanya.Tapi begitu pesertanya ditanya, eh, tidak bisa menjawab. Karena itu kedepannya kami ingin mengadakan secara luring semua” keluhnya kepada Ishak yang memimpin acara diskusi dan tanya jawab.
Pada akhir acara, Ishak berharap mudah-mudahan kita semua dapat terus berperan secara optimal untuk meningkatkan kualitias PPR, karena tidak mungkin dilakukan oleh BAPETEN sendiri. “Lembaga Pelatihan punya kontribusi yang besar untuk menghasilkan PPR yang berkualitas, sehingga nantinya PPR dalam menunaikan tugasnya punya standar yang tersertifikasi sesuai dengan standar IAEA” Ujar Ishak saat menutup acara ini. (BHKK/Bams).