Pembukaan International Response Training (Course Transition Workshop)
Kembali 17 Januari 2017 | Berita BAPETENSebagai lanjutan atas pelaksanaan workshop International Response Training yang telah diselenggarakan 29 Agustus - 1 September 2016, pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat kembali menggelar International Response Training (Course Transition Workshop) lanjutan di Bogor, Jawa Barat. Acara yang dijadwalkan berlangsung 16 - 19 Januari 2017 ini, diikuti sejumlah peserta dari BAPETEN dan perwakilan POLRI.
Jika tahun lalu baru sebatas pemberian pengetahuan dasar dan keterampilan, workshop kali ini bertujuan menyiapkan kurikulum dan materi pelatihan internasional response training domestik indonesia yang akan diberikan bagi petugas pengamanan sumber radioaktif pada fasilitas kesehatan dan industri, menyiapkan pengajar pelatihan Internasional Response Training untuk keperluan domestik indonesia guna menyampaikan materi yang sudah disusun, serta mengajarkan peserta bagaimana mengadapi peserta pelatihan di kelas dan metode pembelajarannya.
Workshop ini diselenggarakan atas kerjasama Balai Pendidikan dan Pelatihan BAPETEN dan US-DOE. Pada kesempatan ini expert US-DOE yang terdiri dari Michael Henry, Vince Salas dan Dennis Stanford, berkesempatan menyampaikan sejumlah materi pelatihan secara bergantian.
Melalui sambutannya Deputi Perizinan dan Inspeksi Khoirul Huda mengatakan, workshop ini merupakan bagian penting dalam upaya memperkuat sistem keamanan nuklir, terutama untuk meningkatkan kemampuan pegawai BAPETEN yang akan menjadi instruktur dari pelatihan tentang Response Training Course di Indonesia.
Khoirul menambahkan, isu terorisme nuklir dan radiologi semakin berkembang dekade ini, setelah munculnya beberapa insiden pemboman dan peristiwa keamanan nuklir lainnya. “Walaupun tidak ada data tentang pemboman yang melibatkan bahan radioaktif, namun potensi digunakannya bahan radioaktif sebagai bagian dari dirty bom (bom kotor) tetap harus diwaspadai,” ujar Khoirul.
Oleh karena itu, lanjut Khoirul, setiap penggunaan bahan nuklir dan sumber radioaktif harus diamankan untuk mencegah pelaku terorisme atau siapapun yang tidak berwenang memiliki akses terhadap sumber radioaktf.
Kurangnya jumlah pegawai yang kompeten dalam hal keamanan nuklir adalah masalah yang sudah lazim dan umum di beberapa negara, termasuk Indonesia. Maka dari itu, pelatihan seperti ini sangat penting untuk pengembangan infrastruktur.(bho/bse)