Banner BAPETEN
Kajian Ramadhan OnLine Kepala Bapeten: “Pembentukan Akal Ilmiah dalam Al-Quran”
Kembali 19 Mei 2020 | Berita BAPETEN
small_thumb_2020-05-21-160243.jpg

Bulan Ramadhan merupakan bulan suci dan mulia yang memiliki banyak keutamaan, sehingga sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan dengan amal sholeh dan memaksimalkan ibadah agar menghantarkan kita menjadi hamba-Nya yang bertaqwa. Karenanya di tengah wabah pandemi Covid-19 dalam kondisi pegawai Bapeten sedang Work from Home (WFH), DKM Masjid Al Hidayah Bapeten tetap menyelenggarakan kajian dengan mengundang beberapa penceramah yang dilakukan secara virtual atau online.

Satu diantaranya adalah Kajian Romadhan Online yang diselenggarakan pada Selasa, 19 Mei 2020, dengan mengundang Kepala Bapeten, Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc. APU., sebagai penceramah. Prof. Jazi, begitu kadang beliau akrab disapa, kali ini mengambil tema “Pembentukan Akal Ilmiah dalam al_Quran”.

imgkonten imgkonten

Acara yang dimoderatori dengan baik oleh Ishak, Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (DPFRZR) Bapeten berlangsung sore hari pukul 16.00 s.d 17.00 WIB dan diikuti oleh peserta dari internal Bepeten serta dari luar Bapeten, dengan menggunakan aplikasi zoom.

Dalam kajian tersebut Prof. Jazi memaparkan kajian yang disarikan dari buku karangan ulama terkenal Islam abad ini yakni Dr. Yusuf Qordhawi yang judul asli bukunya adalah “Al Aqlu wal ‘Ilmu fil Quranul Kariim”

Prof. Jazi menguraikan bahwa paling sedikit terdapat 49 ayat dari 6236 ayat al-Quran yang terkait dengan pembentukan akal ilmiah dan membangkitkan semangat berfikir. Penggunaan akal ilimiah atau proses berfikir merupakan salah satu bentuk ibadah yang didorong oleh al-Quran agar manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi untuk memakmurkan bumi dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia sebagai salah bentuk syukur atas semua nikmat yang diberikan oleh Allah S.W.T.

imgkonten imgkonten

“Berbeda dengan ibadah khusus seperti shalat dan puasa yang tata pelaksaannya telah ditetapkan dan secara umum setiap orang mampu melaksanakannya, pengunaan akal ilmiah atau proses berfikir memerlukan persyaratan kapasitas keilmuan tertentu, sarana dan prasarana, dana, paradigma dan cara berfikir baru, dan inovasi termasuk risiko kerja” tuturnya

Lebih lanjut Prof. Jazi menguraikan bahwa penggunaan akal ilmiah atau proses berfikir menghindarkan diri dari beberapa sikap yang dilarang oleh Allah SWT., antara lain percaya pada tahayul dan khurafat (QS 4:51), dan menghindarkan diri dari jebakan logical fallacies seperti mengikuti pendapat berdasarkan ancaman dan kekuasaan (QS 11:92 dan QS 21:68), kebenaran ditentukan oleh pembicara (bukan apa yang dibicarakan) (QS 11:27), pendapat mayoritas pasti benar (QS 26:34-35), pendapat otoritas paling benar (QS 26:18 dan QS 21:52-53) dan ketika premis mengasumsikan kebenaran konklusi (QS 43:57-58).

imgkonten imgkonten

Penggunaan akal ilmah atau proses berfikir harus dilengkapi dan diseimbangkan dengan dzikir (QS 3:191) sehingga proses berfikir dapat berlangsung dengan hati yang tenang (QS 13:28) dan menghasilkan keseimbangan dalam menjalankan tugas sebagai hamba Allah untuk selalu beribadah hanya kepada-Nya (QS 51:56).

Pada akhir uraiannya Prof. Jazi menyimpulkan bahwa kemunduran Iptek umat Islam disebabkan karena meninggalkan tafakur alam selama beberapa abad. Karena itu dapat dikatakan bahwa tafakur alam adalah “ibadah” yang dilupakan. Optimalisasi dzikir dan tafakkur dapat “mendahsyatkan” potensi bangsa, menuju ketahanan/kedaulatan Iptek dan industri. Iptek dan industri merupakan ungkapan syukur, sehingga harus digalakkan, sekalipun dalam keterbatasan laboratorium dan pendanaan. (bams/bhkk).

Tautan BAPETEN

mkananmenu_2024-02-26-145126.png
mkananmenu_2021-04-19-125003.png
mkananmenu_2021-04-19-125235.png
mkananmenu_2021-08-25-114254.png
mkananmenu_2024-03-25-135103.png

Feedback

GPR Kominfo

Video

Tautan Internasional

Tautan LPNK