Latar belakang diadakannya workshop ini adalah banyak Instalasi Nuklir Non Reaktor (INNR) yang sudah mengalami penuaan. Kemudian amanat UU No.10 Tahun 1997 dan PP No.2 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa kewajiban pemegang izin untuk melakukan dekomisioning setelah izin operasi instalasi nuklir telah selesai, salah satu isi program dekomisioning adalah rencana survey karakterisasi.

Acara diawali oleh laporan Kepala BDL BAPETEN Ahmad Ciptadi Syuryavin yang menyampaikan bahwa dengan adanya workshop ini diharapkan bisa menjadi media bersama untuk berbagi dan bertukar informasi tentang survey karakterisasi. “Sangat penting bagi bapak/ibu sebagai pemegang izin, dan kami sebagai pengawas untuk saling sharing agar bisa melakukan survey karakterisasi dengan baik kedepannya,” tambahnya.

Workshop dibuka oleh Direktur Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir Budi Rohman yang mengatakan dekomisioning adalah salah satu syarat untuk izin instalasi nuklir. “perlu diperhatikan bahwa dekomisioning sebuah instalasi nuklir akan menghasilkan limbah radioaktif, sehingga harus disiapkan kesiapan penanganan limbah tersebut,” ujarnya.

Dalam workshop ini menghadirkan narasumber dari BAPETEN dan Badan Inovasi dan Riset Nasional (BRIN) untuk memberikan pemaparan teori dan praktik tentang survey karakterisasi.

Seluruh rangkaian workshop ini dilakukan dengan metode blended learning yaitu peserta melakukan belajar mandiri melalui Learning Management System (LMS) BAPETEN, lalu tatap muka daring pada tanggal 15-16 Agustus 2022, dan dilanjutkan dengan tatap muka klasikal di Gedung BAPETEN untuk praktikum pada tanggal 18-19 Agustus 2022. (BHKK/Da)