Webinar diawali dengan arahan dan pembukaan oleh Deputi Pengkajian dan Keselamatan Nuklir Dahlia Cakrawati Sinaga. Dalam arahannya, Dahlia menekankan, “Nuklir selain memiliki manfaat juga memiliki risiko. Oleh karena itu, adanya potensi bahaya radiasi ini harus ada pengawasan ketenaganukliran di Indonesia. Pengawasan ini untuk menjamin adanya keselamatan, keamanan, maupun safeguard untuk pekerja, masyarakat, dan lingkungan,” terang Dahlia.

Lebih lanjut, Dahlia menambahkan bahwa peserta dipersilahkan mendalami apa yang akan disampaikan oleh narasumber dan berdiskusi bagaimana agar pedoman teknis ini dapat di implementasikan.

Selanjutnya, webinar dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber. Presentasi pertama dibawakan oleh Sri Budi Utami selaku Pengawas Radiasi Madya DP2FRZR BAPETEN dengan judul “Regulasi terkait Optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi pada Paparan Kerja”. Presentasi kedua terkait “Pedoman Teknis Penetapan dan Implementasi Pembatas Dosis dalam Tahap Operasi Fasilitas” oleh Pengawas Radiasi Madya P2STPFRZR Endang Kunarsih.

Pedoman teknis sendiri telah diterbitkan sejak tahun 2017 dan memuat panduan dan rekomendasi mengenai penentuan dan penerapan pembatas dosis pekerja radiasi untuk tahap operasional di fasilitas radiasi dan zat radioaktif. Pada tahun 2020, dilakukan peninjauan ulang untuk memutakhirkan muatan substansi yang terkandung di dalam pedoman sesuai dengan perkembangan regulasi dan pengetahuan serta kemamputerapannya bagi stakeholder.

Webinar dihadiri oleh lebih dari 300 orang peserta yang terdiri dari PPR, perwakilan Rumah Sakit, Institusi Pendidikan, dan organisasi profesi. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada narasumber. Dengan adanya diseminasi terkait pedoman teknis ini, diharapkan dapat mempermudah pengguna dalam menetapkan nilai pembatas dosis pada tahap operasional dan menerapkan konsep pembatas dosis dalam upaya mengoptimalkan proteksi radiasi bagi pekerja radiasi di fasiltasnya. [BHKK/IP]