Dalam sambutan pembukaannya, Abdul Qohhar TEP selaku Koordinator Kelompok Fungsi Komunikasi Publik mengatakan bahwa dengan adanya Bapeten, maka seluruh fungsi dan pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia dapat diawasi dengan baik. Sedangkan Bambang Dwi Hartono, menyampaikan bahwa tugasnya sebagai anggota DPR adalah pengawasan, legislasi dan penganggaran yang membidangi riset, inovasi dan industri. Khusus untuk di Indonesia, saat ini persoalannya adalah mengenai pemurnian timah yang mengandung thorium dan diekspor ke luar negeri. Hal inilah yang juga harus diawasi oleh pemerintah. Kemudian, persepsi masyarakat awam mengenai nuklir yakni bom; sehingga seharusnya selesai dari mengikuti sosialisasi maka pemahaman masyarakat mengenai nuklir akan berubah.

Memasuki sesi selanjutnya, Adi Sutarwijoyo sebagai perwakilan tokoh masyarakat Surabaya menyambut dengan baik kegiatan sosialisasi Bapeten karena banyaknya pemanfaatan nuklir di bidang kesehatan di daerah Jawa Timur. Masyarakat harus mengetahui bagaimana pemanfaatan fasilitas radiologi diawasi secara seksama oleh Bapeten demi menjamin keselamatan pasien, pekerja dan lingkungan.

Abdul Qohhar dalam presentasinya menjelaskan kepada peserta bahwa sebenarnya di kehidupan sehari-hari manusia juga banyak bersinggungan dengan radiasi, yaitu radiasi alam. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai nuklir. Bahkan ada makanan yang sudah dapat diawetkan secara teknologi nuklir dan dapat dikonsumsi oleh manusia. Di sosialisasi pun dipraktikkan bagaimana untuk membaca alat detektor radiasi, contoh batuan alam yang mengandung radiasi serta apa efeknya bagi tubuh jika radiasi yang diterima berlebihan.

Di sesi akhir peserta diberikan kesempatan untuk tanya jawab mengenai nuklir dan Bapeten siap menjawab pertanyaan lebih lanjut melalui kontak email maupun sarana media sosial yang dikelola secara aktif oleh lembaga. (BHKK/ra)