Pembukaan Sidang Umum IAEA antara lain diisi dengan pemilihan presiden. Duta Besar Italia Mr. Filipo Formica terpilih sebagai Presiden Sidang Umum. Direktur Jenderal IAEA, Mr Yukiya Amano, menekankan pentingnya iptek untuk pembangunan. Selain itu pada Sidang Umum ini disyahkan anggota baru (member states) IAEA, yaitu Turkmenistan, Barbados, dan Antiqua and Barbuda. Acara selanjutnya diisi pidato (plenary) dari masing-masing perwakilan negara anggota sampai hari ke-4.

Selama penyelenggaraan Sidang Umum, dilakukan seminar, scientific forum, IAEA Events, Workshop and Exhibition yang terkait dengan pengembangan teknologi nuklir terkini. Pidato sambutan Delegasi Republik Indonesia, yang diketuai oleh Duta Besar Austria, Rahmad Budiman, antara lain menyampaikan apresiasi kepada IAEA terhadap langkah rencana yang lebih komprehensif untuk kerjasama E3+3 dan Iran yang telah mengadopsi The Security Council Resolution 2331. Selain itu, di bidang pertanian, Indonesia mendukung plant mutation breeding dan untuk itu Indonesia mendapat penghargaan dari IAEA dan FAO.

Sebagai bagian dari Delegasi Republik Indonesia, delegasi BAPETEN terdiri dari Kepala BAPETEN, Jazi Eko Istiyanto, Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir, Yus Rusdian Akhmad, Sekretaris Utama, Hendriyanto Hadi Tjahyono, dan Kepala Biro Perencanaan, Farid Arif Binaruno. Selama Sidang Umum berlangsung, delegasi BAPETEN mengikuti 19 side events yang antara lain berupa pertemuan dengan badan pengawas nuklir (NRC, Arpansa, GRS, CNSA dan Rostechnadzor), serta pertemuan dengan berbagai divisi IAEA.

Sidang Umum ini ditutup dengan pengesahan beberapa resolusi, antara lain: resolusi 6 tentang Technical Cooperation Fund Allocation for 2016, dan penetapan BPK RI sebagai external auditor IAEA. Direktur Jenderal IAEA dalam pidatonya mengapresiasi BATAN yang telah membantu gempa bumi di Nepal dengan menyediakan makanan aman yang telah diiradiasi, melalui kerjasama South-South bekerja sama dengan FAO/IAEA research project. [BHO/MR]