Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, salah satu tujuan pengawasan untuk menjamin keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup. Guna mewujudkan hal tersebut, perlu adanya komunikasi antara BAPETEN, stakeholder dan masyarakat. Melalui komunikasi diharapkan akan terbangun kesepahaman dalam mencapai tujuan pengawasan.
BAPETEN juga melakukan pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional pengawasan tenaga nuklir. Kebijakan Nasional diaplikasikan salah satunya melalui Seminar Keselamatan Nuklir (SKN). Agenda tahunan SKN BAPETEN, secara umum dirancang dan diagendakan sebagai forum pertemuan ilmiah para ilmuwan dan pegiat teknologi keselamatan nuklir.
SKN sendiri memiliki visi mengenalkan bidang ketenaganukliran kepada stakeholder dan masyarakat yang lebih luas kepada instansi terkait seperti Kemenkes, Kemenristekdikti, BATAN, KLHK, BMKG, LIPI, BPOM, ESDM, akademisi, pemerhati, serta asosiasi profesi, sehingga dapat menjadi isu nasional.
Membumikan ketenaganukliran dan pengawasannya agar mulai membawa khasanah pengawasan ketenaganukliran dan keilmuan, dengan melibatkan dunia kampus sebagai soko guru keilmuan akademik, saat ini mulai dilakukan BAPETEN. Maka penyelenggaraan SKN, dimulai tahun 2018 ini, BAPETEN bekerjasama dengan Universitas Brawijaya (UB). Tema SKN yang diangkat tentang Peningkatan Optimisasi Proteksi Radiasi dalam Pengawasan Ketenaganukliran yang Terpadu.
Berangkat dari hal tersebut maka dibangun nota kerja sama antara BAPETEN dengan UB untuk mewujudkan peningkatan efektivitas pengawasan ketenaganukliran melalui pendidikan, penelitian, pengembangan sumber daya, dan pengabdian masyarakat. Langkah ini nantinya akan dijadikan payung yang mewadahi SKN 2018 dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam bentuk kajian atau kegiatan yang akan dibangun BAPETEN bersama UB.
Kepala BAPETEN Jazi Eko Istiyanto berharap agar kerja sama ini dapat langgeng dan semakin mempererat penyatuan iptek antara dunia pemerintahan dan dunia pendidikan dalam memajukan bangsa Indonesia.(p2stpfrzr/zal)
