Workshop yang dijadwalkan berlangsung hingga 7 hari ini, bertujuan untuk memberikan gambaran kepada sejumlah pemangku kepentingan terkait seperti BATAN, Kementerian ESDM, ASEAN Center for Energy (ACE), serta Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir (DP2IBN) dan Direktorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir (DPIBN) dari BAPETEN.

Pada kesempatan ini BAPETEN juga menghadirkan 2 pakar yaitu Sebastian Stransky dari GRS Jerman dan David Boirel dari IRSN Perancis.

Selaku Plh. Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir BAPETEN Yudi Pramono, dalam sambutannya mengatakan, pembangunan reaktor nuklir memerlukan proses perizinan yang lebih cermat untuk menjamin keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan.

Yudi menambahkan, penyusunan persyaratan dan kriteria harus disiapkan terlebih dahulu, apalagi jika reaktor  yang akan dibangun bukan dari jenis yang banyak dioperasikan saat ini, seperti reaktor berpendingin gas atau lebih dikenal dengan sebutan The High Temperature Gas-Cooled Reactor (HTGR).

Sementara itu Stransky mengungkapkan, tujuan utama dari workshop ini adalah memberikan penjelasan mengenai kesepakatan internasional tentang sistem yang diterapkan terkait dengan tujuan, prinsip, persyaratan dan kriteria keselamatan sesuai dengan prosedur IAEA dan EU.

Semua komponen tersebut dipergunakan sebagai kerangka keselamatan pada reaktor nuklir, termasuk didalamnya tahapan tender atau lelang serta proses perizinannya.

Melalui workshop ini diharapkan menjadi ajang diskusi diantara para peserta, guna menyamakan persepsi tentang persyaratan dan kriteria keselamatan reaktor nuklir, disamping pemahaman tentang peraturan-peraturan yang berlaku.(p2stpibn/dh)