Dalam sambutannya Zainal menyampaikan, walau Indonesia saat ini belum punya PLTN bukan berarti kita aman-aman saja, tetapi kita harus tetap waspada akan risko dan potensi terjadinya bencana yang tidak kita inginkan. Karena itu pentingnya komunikasi di antara kita melalui keikutsertaan kita dalam pelatihan ini.

“Pentingnya komunikasi untuk menyamakan persepsi melalui pertemuan seperti ini, karena salah satu tugas BAPETEN adalah mengkomunikasi kepada masyarakat. Dan komunikasi tersebut kami lakukan tidak saja untuk tingkat nasional tetapi juga intenasional” ujarnya.

Latihan uji coba ini penting walaupun kita berharap kedaruratan nuklir tersebut tidak terjadi. Karena latihan merupakan salah satu metode untuk mencoba efektiifitas sistem yang sudah ada serta mengidentiifikasi hal-hal yang perlu dievalusi dan perlu ditingkatkan

Sementara itu, Direktur DKKN Zulkarnain pada kesempatan ini mengatakan dengan diselenggarakannya “Latihan Uji Coba Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Kedaruratan Nuklir” ini akan dapat meningkatkan efektifitas peran masing-masing stakeholder dalam rangka menanggulangi kedaruratan nuklir.

Pelatihan yang berlangsung selama dua hari ini diisi dengan berbagai materi terkait Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Kedaruratan Nuklir Nasional, dengan narasumber berasal dari BRIN, BNPB dan juga dari BAPETEN sendiri.

Materi pertama terkait Kajian Bencana Banjir, Longsor dan Bencana Nuklir disampaikan oleh Muhammad Hasyim dari BPBD Kota Tanggerang Selatan.

Menurut Hasyim kita perlu lebih intens lagi dalam berkomunikasi antara BPBD dengan BAPETEN. “Harapan kami kita bisa lebih intens lagi dalam bersinergi utnuk mengantisipasi bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, walaupun harapan kita kecelakaan nuklir tersebut tidak terjadi. Namun kami percaya BATAN dan BAPETEN punya sistem yang baik yang berstandar internasional dalam menanggulangi kemungkinan terjadinya kondisi kecelakaan nuklir tersebut” katanya.

Materi kedua terkait Program Kesiapsiagaan Nuklir Reaktor Riset GA. Siwabessy diberikan oleh Suhartono dari BRIN. Suhartono menjelaskan secara komprehensif bagaimana sistem kesiapsiagaan nuklir dibangun dan mekanisme penanggulangan bila terjadi kecelakaan di kawasan nuklir.

Materi berikutnya tentang Presentasi Multi Hazard Early Warning System disampaikan oleh Tommy dari BNPB, yang dilanjutkan dengan sesi siang, materi tentang Perencanaan Kontigensi Nuklir disampaikan oleh Dewi Apriliani dari BAPETEN. Dan materi pamungkas hari pertama tentang Infrastruktur Kesiapsiagaan Nuklir Nasional oleh Toto Haryanto.

Pada hari kedua besok, akan ada presentasi skenario kedaruratan nuklir Reaktor Riset GA. Siwabessy yang disampaikan oleh M. Tahril Azis dan diskusi kelompok.

Program latihan ini merupakan kegiatan rutin lembaga yang dilaksanakan setiap tahun dengan lokasi dan skenario latihan yang berbeda bersama K/L terkait. Pada situasi pandemi sejak tahun lalu, BAPETEN juga turut aktif sebagai peserta kegiatan latihan Table Top Exercise (TTE) secara virtual yang telah diselenggarakan oleh IAEA dan latihan bersama kawasan regional ASEAN bekerjasama European Union (EU).

Melalui pelatihan ini diharapkan setiap stakeholder dapat semakin mengerti akan tugas, wewenang, peran dan tanggungjawab masing-masing apabila terjadi kedarutan nuklir, sehingga mengerti harus berbuat apa, berkoodinasi dan berkomunikasi serta bekerjasama dengan siapa, dengan demikian tindakan penanggulangan akan berjalan dengan efektif dan efisien. (BHKK/Bams).